Redefinisi Makna Ariel dan Pancasila
Ariel boleh dipenjara
seribu tahun lamanya,tetapi bagipenggemarnya, Ariel tetap
”sesuatu”.Kemunculan Ariel kembali di kancah musik dan disambut
Arielmania, tentu menggambarkan kekuatan sebuah brand.
Apakah
makna brand Ariel masih sama seperti sebelum terkena kasus? Sudah tentu
tidak. Mau atau tidak mau,brandAriel saat ini sudah mengalami era
definisi baru. Oleh karena itu,
pentingbagi manajemen Ariel untuk segera berbenah, mengatur
redefinisibrand Ariel secara lebih terstruktur.Siapakah the New Ariel?
Apa yang menjadi kekuatan musiknya? Bagaimana memastikan agar penggemar
(lama dan baru) tidak ragu dalam berinteraksi dengannya.
Berikanalasankuatuntuktetap datang di setiap konsernya, mendengarkan
danmembeli hasil karyanya. Redefinisi sebuah brand ini mutlak dilakukan
setelah terjadi guncangan terhadap makna orisinal.Pada saat brandAriel
melejit, kesuksesan Ariel dengan bendera Peterpan selalu dikaitkan
dengan hal-hal positif. Takdir berkata lain, pada satu titik,terjadi
degradasi nilai brand,tercampur dengan aspekaspek negatif. Ini jelas
melemahkan ekuitas brandAriel. Strategi brandsetelah lepasdari tragedi
akan menentukan laju rekonstruksi persepsi brand Ariel ke arah
aspekaspek positifkembali.
Kontrol ulang terhadap makna brand Ariel
akan mengembalikan sebagian besar dari nilai-nilainya yang masih bisa
diselamatkan. Ini masanya berjuang merebut kembali sisa kekuatan lama.
Kaitan redefinisi brandAriel bisa dihubungkan dengan redefinisi makna
ideologi Pancasila. Pancasila sebagai sebuah konsep masih tetap luar
biasa cemerlang, tetapi bagaimana dengan kedekatan secara emosional
dengan audience-nya saat ini? Sebagai sebuah brand(yang mengusung
produkberupa ide),Pancasila telahmengalami pasang surut, seperti halnya
brand-brand lain.
Belakangan, banyak media memberitakan
mulailunturnya pemahaman dan pengamalan ideologi negara kita ini.
Pancasila, seperti halnya Ariel, telah mengalami guncangan terhadap
maknanya.Di era Soekarno, ia dikenal sebagai alat pemersatu bangsa dan
berhasil ditetapkandalam tonggak sejarah; diakui oleh bangsa-bangsa
lain. Selanjutnya, di eraSoeharto, Pancasila lebih mirip sebuah doktrin
penguasa. Apa pun yang tidaksesuai dengan keinginan penguasa
dianggapmelanggar ideologi bangsa.
Tingkat kepentingan audience
bergeser di era Soeharto ini.Kedudukan Pancasila yang awalnya dekat di
hati masyarakat bergeser menjadi bentengbenteng semu, yang ditakuti,
sehingga makna brand yang awalnya positif menjadi bercampur dengan
hal-hal negatif yang diasosiasikan dengan nama brandPancasila. Jika
sekarang, di era reformasi, dikatakan bahwa bangsa ini sudah semakin
jauh dengan Pancasila,mungkin ini hanyalah sebuah kulminasi dari
perjalanan ideologi yang hanya disakralkan tanpa pemahaman dan
pengamalan nilai-nilainya dengan baik.
Bahwa keadilan semakin
memprihatinkan dan kesejahteraanmasyarakat semakin buruk–ini adalah
contoh bahwa sudah lama penguasa kita tidak berusaha keras untuk
mengamalkan ideologi Pancasila secara benar. Seperti apa Pancasila ini
sebaiknya diajarkan? Pemasaran Ideologiyang baik adalah yang memberikan
contoh-contoh konkret. Pelatihan yang baik adalah pelatihan langsung
praktik, learning by doing istilah populernya.
Bagaimana dengan
Pemerintah sendiri? Jika sinetron korupsi dan ketidakadilan masih terus
berlangsung di media kita, maka tidak ada lagi yangakan menjadi role
model bagi generasi penerus. Sandiwara demi sandiwara yang dipajang
setiap hari akan membuat brainwash terselubung–bahwa seperti itulah para
leader kita. Ini harus dihentikan.
Redefinisi Makna
Mengenal
belum berarti memahami. Memahami makna brand boleh jadi masih hanya
permukaannya saja,belum memahami arti yangsebenarnya. Memahami secara
mendalam pun, belum tentu akan mengamalkannya bila merasa tidak ada
manfaatnya. Iniadalah tantangan terberat dalam brandingide(ologi).
Dalam konteks Pancasila sebagai sebuah brand,pertanyaan: ”What’s in it
for me?” harus disiapkan jawabannya oleh pengelola brand. Harus dibuat
redefinisi makna Pancasila,disesuaikan dengan relevansi kehidupan
generasi masa kini.Bila sudah tampak jelas manfaat buat sayanya, maka
mengharapkan generasi baru bisamemahami dan mengamalkan Pancasila,
menjadi lebih realistis. Apakah Pancasila bisa bangkit kembali?
Tentu saja bisa apabila Pemerintah sebagai brand guardian atau penjaga
dan pengawal brand, mempunyai goodwilluntuk redefinisi makna dan
melaksanakannya. Demikian juga Ariel,susun ulang janji brand. Walaupun
mungkin tidak bisa lagi merebut semuahati, tetapi dengan setia pada
janji baru, pastikan brandini bermakna untuk para Arielmania.
0 Komentar