Recents in Beach

NOAH Gusur Tren K-Pop?


Jakarta-Tren musik Indonesia memang
tidak bisa ditebak.
Hal itu dikemukakan oleh pengamat musik
Bens Leo. Band NOAH diprediksikan telah
memulai tren kembali digemarinya musik
panggung pasca-peluncuran album yang diisi dengan rangakian tur dua benua lima negara yang fenomenal.
"Sekarang kecenderungannya tren musik
boyband dari Korea (K-Pop) sudah mulai
turun. Tidak tahu ke depan seperti apa," kata
Bens di Jakarta, Kamis (18/4).

Bens mengambil contoh ketika maraknya musik beraliran Melayu termasuk kelompok seperti Kangen Band dan ST12. "Tiba-tiba Kangen
Band sempat jadi fenomena waktu itu nggak
ada yang nyangka. Mungkin nanti akan
kembali ke musik solo, " katanya.

Band NOAH diprediksikan telah memulai tren
kembali digemarinya musik panggung.
"Dengan begini band-band bisa manggung
dan dibayar, bukan hanya dianggap promosi
dan tidak dibuatkan lagu jika RBT-nya
(ringback tone) kurang," papar Bens, yang
mengaku juga mengapresiasi penjualan album
musik melalui gerai makanan cepat saji.

Bens berpendapat, beberapa fenomena yang
di luar prediksi. "Waktu saya ke Irlandia, di toko CD sana ternyata ada piringan hitam yang
penjualannya hampir sama dengan penjualan
CD. Ada sesuatu yang tidak kita duga suatu
saat siklus itu kembali. Saya yakin suatu sat
piringan hitam akan muncul dan disukai
kembali" Jelas pengamat yang pernah jadi juri di berbagai festival musik ini.

Format musik fisik seperti piringan hitam diakui Bens leo memiliki lebih banyak keunggulan
dibanding musik digital, apalagi RBT. Piringan
hitam selain secara kualitas audio lebih
mumpuni, juga mengakomodasi dan
mencantumkan perancang grafis sampul
album, fotografer, sampai make-up artist, dan
pencipta lagu. Sedangkan format digital seperti i-tunes tidak mencantumkan jasa orang-orang tersebut. "Apalgi RBT, sudah lagu dipotong 30 detik, itu hanya menguntungkan para pencetak hits saja. Lima tahun kita dikuasai era RBT dan musik panggung Indonesia mati suri,"lanjutnya.

source GATRAnews

Posting Komentar

0 Komentar