Recents in Beach

Cerpen Peterpan " Ini Cinta "

BUKTI CINTA

Disamping kekasihnya, seorang wanita muda
menangis terisak-isak. Rasa penyesalan yang
begitu mendalam menghinggapinya. Dia
menyadari, bahwa yang mereka lakukan salah.
Meskipun, dilakukan atas nama cinta. baginya,
tetap saja salah.
“Sudahlah, Dyna sayang. Jangan nangis terus
dong, please.” Ujar Kevin, kekasihnya.
Namun Dyna hanya diam. Airmatanya sudah
mulai mereda, tapi sesekali masih terdengar
isak-isak darinya.
“Udah dong, sayang. Nanti Aku juga ikut
nangis loh. Kamu gak pengen lihat aku nangis
kan? Soalnya aku kalau nangis, suka guling-
gulingan loh.” Rayu Kevin sedikit dibumbui
lelucon, dengan maksud Membuat Dyna
tersenyum.
“Kamu kok enggak kelihatan merasa bersalah
gitu, kev?” Akhirnya Dyna membuka suaranya.
“Maksud kamu?”
“Kamu enggak sadar yang kita lakukan ini
salah kev! Salah!!” Lanjut Dyna.
“Aku tahu ini salah, Sayang. Tapi bukankah
kita sudah sepakat?” Jawab Kevin.
“Tapi…”
“Huusshhhttt… Sudahlah Dyna, sayang. Kita
lakukan ini kan demi cinta kita.” Potong Kevin
seraya menutup mulut Dyna dengan jarinya. “
“Cinta? Ini Nafsu namanya, kev.” Protes Dyna.
“Bukan nafsu, sayang!! Ini Karena, Aku Cinta
Kamu.” Kilah Kevin. “Ini Karena, Aku sayang
sama kamu. Aku takut kehilanganmu.”
“Kalau Kamu cinta. Kalau kamu takut
kehilangan aku. kenapa justru kamu
menghancurkan aku, kev? Sekarang justru
harusnya aku yang takut, kev. Takut ketika
cinta kita ini hilang, lalu kamu akan tinggalkan
aku begitu saja, setelah semua yang aku
berikan padamu.” Ujar Dyna lirih.
Kali ini, dia merasa telah gagal menjaga harta
yang paling berharga bagi setiap wanita,
termasuk dia. Airmata tak mampu
dibendungnya lagi. Dyna pun menangis lagi.
Dan kali ini, Kevin tak mampu berbuat banyak.
Dia tahu sekali sifat kekasihnya, Keras kepala,
mudah meledak-ledak ketika emosi, dan lalu
ujung-ujungnya, pasti menangis. Meskipun
begitu, pada akhirnya dia akan kembali seperti
sedia kala. Jadi kejadian seperti ini, sudah
biasa baginya. Saat-saat seperti ini, mengalah
adalah langkah terbaik baginya. Diam dan
menyusun strategi untuk menaklukkan hati
kekasihnya lagi.
Setengah jam berlalu…
Dyna masih terdiam di atas ranjang itu.
Ranjang yang ada di kost-kostan Kevin. Kost-
kostan sederhana tapi cukup nyaman baginya.
Sepi dan sunyi, itulah yang jadi alasan Kevin
untuk ngekost di tempat ini. Di samping itu
tetangga-tetangga di samping kiri/kanan
kamarnya pun orangnya asyik, mudah bergaul
dan tentunya pengertian dan tidak banyak
cerita. Hal ini juga, yang menjadi alasannya
sering mengajak Dyna ke kamarnya. Hingga
akhirnya, rencana busuk mereka terlaksana
hari ini. Walaupun pada akhirnya justru malah
menimbulkan penyesalan yang teramat dalam.
Tapi apa mau dikata, ‘Nasi sudah menjadi
bubur’ kata pepatah. Dan kini menjadi tugas
Kevin untuk menghibur kekasihnya, agar tidak
berlarut-larut dalam kesedihan yang tertinggal,
oleh karena sesuatu yang sengaja mereka
ciptakan. Padahal sebenarnya sedari tadi,
Kevin ingin sekali menangis.
Entah kenapa, ketika melihat kekasihnya
menangis dan juga mendengar kata-kata dari
kekasihnya tadi, sedikit banyaknya menyentuh
alam bawah sadarnya. Hatinya tiba-tiba miris.
Di satu sisi dia bahagia, bangga, pertanyaan
dalam hatinya sedikit-banyaknya terjawab.
Dyna membuktikan kepadanya bahwa dia
begitu mencintainya, hingga rela menyerahkan
dirinya sepenuhnya dalam pelukannya. Tapi di
satu sisi, dia miris, sedih, kecewa. Dia miris
karena ternyata rasa penyesalan yang timbul
dari perbuatan mereka menyisakan
penyesalan yang begitu mendalam pada dyna,
kekasihnya. Itu di luar dugaannya. Lalu dia
sedih karena jika memang benar seperti yang
dikatakan oleh dyna tadi, maka ialah orang
yang paling merasa berdosa, karena
mengatasnamakan cinta untuk mendapatkan
seks yang dasarnya pun dia belum bisa
menyimpulkan secara pasti, apakah nafsu atau
yang lainnya. Dan juga dia merasa kecewa
saat Dyna meragukan cintanya yang sudah
cinta mati padanya. Tapi untuk yang ini, dia
sedikit memahami alasan Dyna mengatakan
itu.
“Udah dong, sayang. Jangan nangis terus.”
Kevin membuka omongan lagi memecah
kebekuan yang sempat terjadi di antara
mereka.
“Kamu janji gak akan ninggalin aku?” Tanya
dyna tiba.
“Janji!” Jawabnya seraya mengacungkan jari
telunjuk dan jari tengahnya, bersumpah.
“Kamu janji akan terus mencintai aku,
walaupun ke depannya aku nolak setiap kamu
ajakin aku melakukan hubungan intim ini?”
Tanyanya lagi, Kevin mengangguk.
“Kamu janji akan tanggung jawab, kalau aku
kenapa-kenapa?”Tanyanya lagi. Kevin
mengangguk.
“Kamu janji akan nikahin aku?” Tanyanya lagi.
Kevin mengangguk.
“Kamu…”
“Stop, Dyna. Coba kamu tatap mata aku!”
Potong Kevin yang sedari tadi di serang
pertanyaan yang bertubi-tubi. “Tatap jelas
mataku! Apa tatapanku sudah berubah?
Apakah ada yang beda dari tatapanku?”
Lanjutnya lagi.
Tatap jelas mataku, jangan ragukan itu
Lihat dalam mataku ooh kaulah lamunan
itu
Ini cinta, bukan yang lainnya
Ini cinta, bukan yang lainnya
Kali ini, Dyna terpaku seraya menatap mata
Kevin, lama. Dia seperti terhanyut dalam
keteduhan mata Kevin.
“Percayalah Dyna, sayang. Ini Cinta, bukanlah
nafsuku. Ini cinta, bukan yang lain.” Ujar Kevin
meyakinkannya. “Percayalah, ini bukan
nafsuku, bukan nafsu kita. Ini hanyalah
pembuktian untuk mereka. Mereka yang coba
memisahkan kita, sayang. Dan bukankah, ini
inginmu juga sayang?” lanjutnya lagi.
Pertanyaan dari Kevin, memaksakan imajinasi
dan pikiran Dyna untuk mereview kejadian
yang telah lalu. Kilas balik, Kejadian ketika
orangtuanya dengan kasar menolak
kedatangan Kevin ke rumahnya yang
bermaksud meminangnya, tentu setelah
sebelumnya Kevin mencoba meminta izin,
kiranya orang tua Dyna mengijinkan kevin
untuk mengajak anaknya bertunangan. Tapi
bak gayung yang tak bersambut. Orangtuanya
menolaknya. Tolakan halus di depan Kevin,
tapi ketika di belakan justru bahkan menjadi
cemoohan orngtuanya kepadanya. Alasannya
klasik, karena belum Kevin belum bekerja. Jadi
dinilai belum pantas bagi Kevin, untuk
menerima anaknya untuk menjadi bagian
hidupnya yang tentunya akan menjadi
tanggung jawabnya. Alasan klasik yang
membuat mereka berdua meradang. Hingga
entah atas ide siapa mereka pun
merencanakan sesuatu yang menurut mereka
akan merubah jalan pikiran orangtuanya Dyna.
Mereka memutuskan menggunakan kehamilan
sebagai senjata pamungkas agar orangtuanya
merestui hubungan mereka. Cepat atau lambat
kalau Dyna hamil, orangtuanya pun akan
menikahkan mereka. Itulah kesepakatan
mereka berdua, pada waktu itu.
Hari inilah tepatnya, waktunya mereka
mengeksekusi rencana mereka. Meskipun
pada awalnya mereka takut, bingung, kikuk
dan tak tahu bagaimana memulainya. Karena
ini merupakan hal yang baru pertama kali
mereka lakukan. Tapi mungkin berkat
dorongan cinta, Ataupun sedikit di bumbui oleh
nafsu yang timbul secara tiba-tiba , mereka
berhasil menyelesaikan permainan birahi
tersebut. Dan itulah yang justru membuat Dyna
menangis dan memunculkan polemik-polemik
tersebut. Ya, bahkan tak mudah bagi mereka
untuk melakukan itu.
***
“Maafkan Aku ya, sayang! Jika ternyata, ini
malah membuatmu sedih.”Ujar Kevin tiba-tiba
menbangunkan Dyna dari lamunannya. “Aku
merasa bersalah sama kamu, dan juga
mungkin sama kedua orangtuamu?” lanjutnya
lirih.
“Tidak. Aku yang seharusnya minta maaf,
Kevin! Tadi Aku kalut, Aku takut semua tidak
berjalan sesuai seperti rencana kita. Aku takut
setelah ini, kamu akan pergi meninggalkanku.”
“Percayalah, Dyna…”
“Ssttt.. Stop! Aku percaya Kamu, Kevin.”
Potong Dyna seraya mengecup kening Kevin,
yang berlanjut dengan ciuman panjang.
Ciuman yang mengakhiri konflik sesaat
mereka. Ciuman yang sama seperti pertama
kali mereka saling berpagutan mesra.
Percaya padaku ini bukan nafsuku
Perasaan yang utuh dari dalam hatiku
Percaya kataku ini bukan akalku
Keinginan yang tulus tuk dapatkan hatimu
Ini cinta, bukan yang lainnya
Ini cinta, bukan yang lainnya
“Aku, Kamu dan dosa hari ini; kuharap,
menjadi benih dari kedewasaan kita, Kevin.”
Ujar Dyna.

#terinspirasi dari lagu Noah ~ Ini Cinta

http://dyansyahnoer.tumblr.com/post/35624653054/bukti-cinta

Posting Komentar

0 Komentar