Recents in Beach

Cerpen Peterpan " Aku Dan Bintang "

Katakan Lewat Bintang #CerpenPeterpan

Sekarang pukul sebelas lewat lima
belas menit, beberapa menit lagi tahun akan
berganti. Aku masih bersama temanku, ia
perempuan, namanya Marsya. Kami sudah
saling kenal selama tiga tahun di ospek hari
pertama universitas, kami kuliah di universitas
yang sama. Entah takdir apa yang
mempertemukan kami atau mungkin ini yang
disebut konspirasi semesta. Dia perempuan
yang cantik, pintar, mandiri, sosok yang hampir
sempurna di mataku. Terserah kalimat tadi
dibilang gombal atau apalah tapi ya dia
memang sempurna. Entah sudah berapa lelaki
yang takluk di hadapan matanya, dan aku
termasuk salah satunya. Entah juga berapa
lelaki yang tak sanggup mendekatinya
walaupun lelaki-lelaki itu tampan, kaya dan
sebagainya. Perempuan seperti Marsya
seharusnya sudah dengan lelaki kaya yang
bisa mengajaknya melewatkan tahun baru di
hotel atau café terkenal dan mereka berpesta
hingga lupa waktu. Tapi nyatanya, dia
sekarang bersamaku, lelaki biasa saja yang
hanya bisa mengajaknya melewatkan tahun
baru di sekitaran lapangan sempur di Bogor.
Tetapi aku punya alasan untuk mengajaknya
kesini. Momen penting akan terjadi disini.
“Heh bengong aja, abisin tuh bubur
kacang hijaunya nanti dingin” pungkasnya
sambil melambai-lambaikan tangan di mataku.
Astaga, beberapa menit aku menatapnya,
menatap kesempurnaannya. Oke gombal lagi.
“Iya iya ini juga lagi dimakan.”sambil
cepat-cepat menyendok bubur kacang hijau
yang hampir dingin.
“Lu ngeliatin apa sih daritadi bengong
mulu”
“Enggak, enggak apa-apa Cuma lagi
mikir aja”
“Mikir apa?”
“Lu kan cantik ya padahal kan bisa lu
tahun baruan di hotel di café gitu sama siapa
waktu itu yang ngajak lu itu?”
“Oh si Andri?”
“Nah iya si Andri”
“Enggak ah dia
tuh cuma bangga sama
harta bapaknya, bisa Cuma ngabisin uang
orang tuanya dan gua ga suka orang kaya
gitu”
“Ooooh gitu”
“Oh lagi kan udah gw certain waktu itu’
“Iya, lupa”
Padahal
tadi Cuma pertanyan klise untuk
menghabiskan waktu.
“Terus kenapa lu mau gua ajak coba
ke sini?, di sini kan Cuma lapangan”
“Ehm ya gua belum pernah aja kesini”
“Ah masa belum pernah kesini, mana
ada orang bogor yang belum pernah kesini?”
“Kan gua pindahan dari Jakarta masa
lupa”
“Ya tapi kan seenggaknya gitu” sambil
menyuap sendok terakhir bubur kacang hijau.
Mangkuk bubur kacang hijau Marsya sudah
bersih daritadi, gara-gara kebanyakan
melamun tadi makanku sampai tertinggal..
Pernah kau lihat bintang
Bersinar putih penuh harapan
Tangan halusnya terbuka
Coba temani dekati aku
Selalu terangi gelap malamku
Lagu ini yang aku ingat sekarang,
malam, langit penuh bintang, lagu apalagi coba
yang
diingat selain lagu Peterpan ini. Hey
bintang, aku akan katakana padanya di bawah
langitmu!
“Wah udah jam dua belas kurang
sepuluh nih, ke tengah lapangan yuk!” Ajakku
padanya yang sedang memainkan handphone-
nya.
“Kalau mau liat kembang api disini aja
sih, disini juga keliatan”
“Tapi lebih asyik di tengah lapangan
deh, udah percaya aja” sambil menarik
tangannya yang sedang memegang
handphone.
“Bener ya”
“Iya udah percaya aja”
Kami ke tengah lapangan, entah apa
yang dikirkan orang lain tentang kami. Kami
berjalan ketengah sampai tepat ketengah-
tengah lapangan. Beberapa orang juga ada
yang berada di lapangan ini bersiap
menyalakan kembang api.
“Tuh bintangnya bagus kan”
“Ini mau liat bintang apa kembang api?”
“Ya dua-duanya lah”
“Eh malu diliatin orang-orang tuh”
“Udah biarin aja, anggep lapangan ini
kita yang punya”
Jam ditanganku sudah menunjukkan
pukul dua belas kurang lima menit, ini saatnya
pikirku. Tiba-tiba hawa disini menjadi panas
padahal ini hampir tengah malam. Aku
membuka resleting jaketku agar menjadi dingin
sedikit.
Aku mengumpulkan nyaliku, nyaliku
selama tiga tahun yang aku pendam
bersamaan dengan perasaan yang tumbuh
selama tiga tahun ini. Kalau bukan sekarang
kapan lagi.
“Sya”
“Apa?”
“Menurut lo bintang itu jatuhnya
kemana?”
“Kemana? nanya yang bener kenapa?”
“Ini nanya bener sya, oke anggep aja
perasaan gua ini bintang yang jatuh disini,
tepatnya gua jatuh hati sama lu sya”
“Ehm.. sejak kapan?” sambil
mengerutkan dahinya
“Sejak tiga tahun lalu, sejak kita ketemu
pertama
kali di ospek, waktu itu gua cuma
mengagumi lu, sekarang gua udah jatuh hati
sya.”
“Jadi….”
“Gw sayang sama lu sya”
“Ehm gua juga suka sama lu dengan
semua kesederhanaan lu yang ga pake
‘topeng’ yang jarang gua temui di laki-laki lain”
“Jadi kita pacaran?”
“Ya kita pacaran”
Ya, semudah itu kita jadian
Dan rasakan semua bintang
Memanggil tawamu terbang ke atas
Tinggalkan semua, hanya kita dan bintang
Yang terindah meski terlupa
Dan selalu terangi dunia
Menerka-nerka, hanya aku dan bintang
Waktu sudah menunjukkan pukul dua
belas tepat acara utama pun dimulai. Kembang
api dari segala penjuru menari-nari di langit.
Langit yang gelap tadi sekarang sudah lebih
berwarna.
Sambil berpegangan tangan kita
melihat ke langit, melihat semua bintang yang
menjadi saksi bisu kejadian malam ini. Mungkin
ini cuma kebetulan kosmik, semesta yang
memepertemukan kita tetapi ini kenyataan.
Perasaan yang dipendam hanya akan jadi
penyesalan jadi katakanlah apapun itu
jawabannya. Jadi, katakan padanya!

Sekian.

*Cerpen diatas terinspirasi dari lagu Peterpan -
Aku dan Bintang*

Posting Komentar

1 Komentar